Kabut Asap, Hujan dan Sholat Istisqo

Telah lama kemarau tiba. Lamaaaa... yang membuat pohon-pohon meranggas. Meranggas itu, kukira tak hanya hinggap di dahan dan pohon memohon, juga di langit hingga ia enggan membiru. Hanya menyisakan kesuraman, kabut asap.


Karena kabut asap itu, orang-orang merindukan hujan yang mungkin sebelumnya tak begitu mereka suka. Sebab hujan dipercaya bisa mengusir kabut asap, menceriakan lagi langit dan suasana. 

Maka mereka dan saya, sebut saja kami, beramai-ramai mengadakan sholat istisqo. Sholat minta hujan. Sayang, hujan yang sejatinya hujan, enggan rurun. Hanya ada hujan buatan yang sekali itu hingga kotaku tetap bermandikan kabut asap. Meski konon para tentara telah diturunkan untuk membantu memadamkan kebakaran hutan dan lahan gambut.

Kenapakah hujan tak juga turun di kota ini meski telah berapa ronde dan kalai sholat istisqo dijamahhkan? He, jawabannya pasti karena Dia yang diatas sana sedang menguji kesabaran kami, Dia punya rencana lain. Mungkin pula ikhtiar belum cukup, sebab titik hotspot itu makin banyak. Tak mudah memadamkan kebakaran lahan gambut.

Begitulah. Hanya, ilalang di kepala saya tak tahan untuk tak mendesis, 

"Taukah kau sebabnya?.... sebab selagi kau dan jemaah itu sholat istisqo, anak-anak sekolah yang hatinya masih bersih itu berdoa agar asap kabut tetap mengudara hingga mereka bisa terus libur. Bukankah ada edaran dari petinggi di kota ini bahwa selama kabut asap masih tebal sekolah diliburkan. Mungkin doa anak-anak polos itu lebih didengarkan Allah..."

Oh, betapa janggal desisan itu. Ah, sudahlah




Comments