Heidy, Laura dan Saya

Entah telah berapa dasawarsa mereka (Heidy dan Laura) bercokol dalam diri saya. Tak jelas. Mungkin sejak tayangan yang bisa ditonton di pesawat tv hanya tvri. Ya sejak zaman bocah dulu. Betapa telah lamanya, ohhh.
Jika saya suka tempat sunyi tenang, angin dingin, dan suara berdenting, itu sebab Heidy. Gadis kecil miskin yang mengembalakan domba di pegunungan alpen yang sunyi. Masih terbayang bagaimana Heidy duduk melamun di pegunungan Alpen setelah menggiring domba dengan suara berdencing kalung dombanya.

Jika saya suka sikap spontan, lugas, sesekali atau seringkali memberontak terhadap situasi yang tidak adil, itu sebab Laura. Ya, Laura Ingals. Gadis kecil dalam serial Little House on The Praire. Masih teringat bagaimana Laura berlari-lari kecil di padang rumputnya itu. Masih teringat bagaimana Laura berinteraksi dengan Nellie Oleson, hoho.

Keduanya hampir sama dengan saya, sama-sama berasal dari keluarga sederhana. Jika keduanya secara diam-diam mencecoki beberapa sikap kepada saya, baik atau buruk, itu hal yang absurd untuk saya katakan ya atau tidak. Sebab dunia itu bundar. Tak jelas dimana titik semuanya berawal.

Hal yang tau saya pasti, saya setuju dengan Heidy pada ketenangannya tapi saya tak setabah Heidy. Saya spontan dan lugas seperti Laura, hanya pada beberapa titik tertentu saya tak seberani Laura. Di titik itu, Heidy seperti mengingatkan saya untuk. mengalah. Apa susahnya mengalah. Dunia tak kan pernah bisa benar-benar adil kecuali kematian tiba.

Begitukah antara Heidy, Laura dan saya? Ah, cuma igauan sambil minum kopi pagi ini. Selamat berhari minggu. Salam

Comments

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.