Susi, Sakitnya Tuh Disini...!

Tiba-tiba ingin menuliskan ini, entah kenapa. Mungkin sebab sangat banyak yang membahas Susi. Mungkin berikutnya, sebab banyak yang merasa sakit. Maka kuletakkan huruf demi huruf di kolom judul hingga membentuk kalimat " Susi, sakitnya tuh disini...!". Bacalah kalau kau mau.

Ya, sejak Presiden Jokowi mengumumkan Nama Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia pada minggu sore yang berangin di halaman Istana Presiden, kehebohan itu dimulai. Entah kenapa. Sepertinya bukan karena Susi adalah Bos maskapai penerbangan Susi Air, tapi karena ia konon hanya tamatan SMP. Semua kemampuan beliau tak digubris. Kebanyakan orang menyoroti jenjang pendidikan formal beliau yang tamat SMP itu. Ohhhhh

Ada yang berkata, 
" Ini tamparan keras bagi yang berpendidikan tinggi...."

Atau, 
"Seperti tak ada yang lain saja..."

Ada pula yang berkata,
"Menteri itu cuma jabatan politis. Suka-suka Presidenlah diberikan kepada siapa. Kepada Susi, wajar karena maskapai penerbangannya dipakai saat kampanye Presiden Jokowi"

Pasti banyak lagi penilaian yang lain.  Tak terbendung. Batasannya adalah bagaimana berpikir jernih dan jujur. Seberapa besar kita merasa lebih pintar dari orang lain, saat itulah kita telah bersikap bodoh. Maka renungkanlah.

Ketika menjalankan pekerjaan/profesi, pernahkah kau merasa orang lain yang lebih pintar darimu? lalu kau berusaha lebih baik dengan terus belajar? saya pernah. Pernahkah kau melihat dua orang yang berbeda nyata jenjang pendidikannya tetapi justru yang jenjang pendidikannya lebih rendah jauh lebih pintar? saya pernah. Pernahkah kau melihat orang yang pendidikannya tinggi bekerja sangat "textbook", tidak tau arah nyata dari yang dilakukannya? saya pernah. Pernahkah kau mengamati bahwa sebagian besar orang yang sekolah atau  kuliah di perguruan tinggi sebetulnya tidak mendapatkan apa-apa selain hanya menghabiskan waktu dan mendapat selembar ijazah ? saya pernah, bahkan sering.

Ya, mengakui kelebihan orang lain memang tidak mudah dilakukan apalagi ketika pikiran tak lagi jernih. Betapa banyak yang merasa tertampar. Betapa banyak yang merasa sakit (sakit yang dibuat sendiri).  Betapa kita lebih terpukau kepada embel-embel gelar akademis daripada kemampuan yang dimiliki seseorang. Padahal embel-embel jenjang pendidikan hanya sekedar bungkus dan kemampuan adalah isi.

Bagi saya, ketika bu Susi dipilih Presiden Jokowi sebagai menteri, itu suratan takdir beliau yang harus diterima semua pihak. Tak ada yang bisa mengalahkan suratan takdir. Bagi saya lagi, sekolah itu penting. Bagi bu Susi pasti penting juga. Bedanya dia lebih pintar menyikapi kondisi yang ada. Terbukti dia tidak mau membuang waktu bersekolah di sekadar gedung yang di halamannya tertulis SMP, SMA atau Universitas X. Sekolah tak sekadar itu. 

Begitulah. Jadi, yang mau bersakit-sakit membully dan menghujat Susi, teruslah kalau kau mau. Bagi saya kau seperti sedang berkata, "Susi, sakitnya tuh disini...", he. Salam.

Comments

  1. tak ada yg menarik sebenarnya tentang susi ini, dia menarik karena memang si susi ini sudah jadi kontroversi sejak dulu.. hanya saja baru searang disorotnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh buat saya dia menarik sebab berpikir out of the box, kerjanya berprestasi dan kini jadi menteri. Kontroversi, itu muncul dari para pengamat yang melihat dg kacamata mereka sendiri

      Delete
  2. susi similikiti... selalu memberikan kontroversi dari kemunculannya

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.